Kamis, 16 Juni 2011

I'jazul Qur'an Tentang Fisika

I’JAAZUL QUR’AN TENTANG FISIKA (Bagian ke-1)
Oleh Eni Raeni

Subhanallah…hanya itulah yang dapat kita ucapkan ketika kita mengetahui betapa dahsyatnya Al Qur’an menggambarkan ilmu-Nya. Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun, dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini belum dapat diketahui di masa Al Qur'an diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah. Beberapa I’jaazul qur’an tentang fisika tersebut antara lain :
1. Relativitas waktu
Relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya. Tapi ada perkecualian; Al Qur'an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini, yang artinya:
"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 22:47)
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 32:5)
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur'an, 70:4)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:
"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur'an adalah Kitab Suci.

2. Cahaya
Salah satu nama surat dalam al Qur’an adalah an Nuur yang berarti “cahaya”. Cahaya bukan merupakan fenomena aneh dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi yang sudah mempelajari IPA dari sejak SD, telah mengerti sifat-sifat cahaya ini. Lalu al Qur’an memuat surat “cahaya”, apa sih keistimewaannya? Dalam Qur’an surat an Nuur : 35 disebutkan, yang artinya:
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Ternyata disebutkan bahwa cahaya berlapis-lapis/bertingkat. Dalam fisika telah dimaklumi bahwa cahaya putih dari sinar matahari jika dilewatkan pada sebuah prisma akan terurai menjadi warna-warni seperti pelangi. Warna-warni ini menunjukkan spektrum cahaya sekaligus tingkat energinya. Semakin ke arah warna merah, energinya semakin tinggi. Jika cahaya memasuki air laut, maka uraian warna tadi (pelangi) tersebut akan hilang satu persatu sesuai tingkatannya. Pada kedalaman tertentu, warna merah tidak bisa menembus lagi, sementara warna lainnya masih terus masuk ke dalam air. Begitu seterusnya sampai warna terakhir yang masuk ke kedalaman tertentu secara berurutan ke warna violet.
Fenomena ini cukup jelas bagi kita bahwa cahaya memiliki tingkatan seperti disebutkan dalam al Qur’an. Makna tersembunyi lainnya adalah bahwa pernyataan al Qur’an (an Nuur : 40) tentang adanya lapisan di dalam lautan tidak pula dipungkiri.
“ Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun”.
Karakter lainnya dari cahaya adalah memiliki massa diam, m 0 = 0. Ini berarti bahwa cahaya tidak memiliki energi jika dalam keadaan diam. Energi cahaya dapat dinyatakan dengan perkalian frekuensinya dengan konstanta Planck (h), jadi E = hf dengan f = frekuensi cahaya. Dengan kata lain, cahaya tidak pernah diam kapanpun. Sifat cahaya ini tidak lain adalah sifat Allah Swt, yaitu Nur ‘alan Nuur.
Dalam ayat lain (ar Rahmaan: 29), Allah senantiasa dalam keadaan menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezki dan lain-lain.
“ … Setiap waktu Dia dalam kesibukan”.
Allah tidak pernah tidur, Dia selalu sibuk, bergerak, berinovasi, menciptakan baik benda langit dan makhluk hidup di bumi selalu mengalami perubahan karena kehendak Allah. Sifat cahaya yang tidak pernah diam ini merupakan sifat Allah. Jika cahaya diam, berarti tidak memiliki energi, tidak memiliki kreativitas (daya cipta), tidak memiliki inovasi. Ini bertentangan dengan sifat Allah yang Maha Pencipta.
Hasil penelitian Astro-Fisika terbaru menunjukan bahwa di langit selalu tercipta bintang-bintang baru dalam bentuk Asap, asap-asap ini membentuk jaringan materi antar galaksi, menggumpal, membentuk bintang-bintang baru, seterusnya sampai wujud bintang yang kita lihat setiap malam. Surat Fushshilat : 11 menjelaskan:
“ Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”
Ayat di atas menunjukkan bahwa kepatuhan langit ini diimplementasikan dalam bentuk taat azas berupa tetapnya Hukum-Hukum Alam di Jagad Raya ini. Sedikit saja terjadi pergeseran/melenceng dari Hukum Alam yang ada, dapat dibayangkan benda-benda langit akan keluar dari garis edarnya. Begitu pula, sedikit saja frekuensi cahaya tampak digeser ke arah tinggi atau rendah, maka hal-hal yang indah dalam penglihatan kita, bisa terhapus selamanya. Manusia hanya bisa melihat pada frekuensi cahaya tampak, di luar rentang frekuensi ini, cahaya tidak dapat dilihat. Frekuensi diluar rentang cahaya tampak adalah sinar X, sinar gamaa, infra merah, gelombang radio, dan lainnya. Kesemuanya, termasuk cahaya merupakan gelombang elektromagnetik (GEM). Meskipun tidak terlihat, cahaya/sinar-sinar (GEM) ini semua bermanfaat bagi manusia, seperti penggunaan Rontgen dalam kedokteran, komunikasi radio dan lainnya.
Demikianlah Allah SWT menjelaskan dalam ayat-ayat-Nya tentang fisika agar kita yang telah mempelajari ilmu-Nya tersebut semakin menambah keimanan kita kepada-Nya. Wallahu a’lam bish showab.
Sumber:
1. Harun Yaya
2. Mukjizat Al Qur’an, Prof. Dr. Quraisy Syihab
3. BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Tidak ada komentar:

Ibnu Sina#Khazanah